Oleh : Sugiyantoto,S.Ag.
(Kepala Bagian Pengelolaan Media Sosial pada Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran).
"Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang"
Sekapur Sirih.
TERTAWA tanda sehat lahir bathin. Tertawa, konon dari sisi medis punya dampak pada kesehatan wajah dan fisik secara umum yaitu awet muda. Tapi kalau nda ada angin ini dan itu, lalu ketawa-ketawa sendiri nah itu berbahaya. Urusannya dengan rumah sakit jiwa.
Jadi tertawa adalah fitrah manusia yang sehat lahir dan bathinya. Tertawa biasanya untuk hal-hal yang lucu, menggelikan yang kita lihat. Tapi kita bisa juga menertawakan diri sendiri atas sikap kita pada suatu hal yang kita hadapi. Biasanya ini setelah terjadi dan posisi kita sedang rileks, santai sambil berfikir terlintas hal tersebut. Lantas kitapun tertawa sendiri untuk menertawakan diri sendiri.
Pelawak atau Komedian.
Tertawa ternyata bisa menjadi ajang yang bisa mendatangkan pundi-pundi uang, meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. Dan, bangsa ini punya segudang pelawak, komedian baik yang merangkak dari bawah menuju pentas papan atas maupun ajang-ajang pencarian bakat seperti yang marak beberapa tahun ini. Membuat orang ketawa terbahak-bahak tidaklah mudah. Semua sisinya perlu dibangun sealamiah dan senatural mungkin.
Satu sisi bakat, tapi latian yang terus menerus dengan memahami sikon amatlah penting. Karenanya membuat orang tertawa hanya bisa dilaksanakan oleh mereka yang sudah profesional, mahir saja. Merekalah para pelawak, komedian yang menjadi pesohor papan atas di bidangnya.
Seiring dengan perkembangan jaman dan mobilitas manusia yang tinggi maka tingkat depresi atau stres pun tinggi. Disinilah peran para pelawak, komedian baik di papan atas maupun bawah nyata sekali. Tugas mulia menyegarkan suasana kehidupan berbangsa dan bernegara dengan segenap rakyatnya. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan ini tanpa kehadiran mereka para pelawak, komedian di berbagai saluran media, offline, online nya.
Pastinya, semakin keruh, jumud suasana kehidupan ini di segala bidangnya. Kalau sudah begini bisa berdampak pada menurunnya produktifitas, kreatifitas kinerja dan berpifikir segenap komponen anak bangsa.
Memberikan Kebahagiaan.
Nampaknya kita semua harus dan wajib memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas kiprah, petan penting para pelawak, komedian tanah air. Sebab mereka semua ikut andil menyegarkan suasana, menghibur lelah menjalani kehidupan rakyat umum. Mereka juga ikut andil membentuk serta memperbaiki derajat kesehatan rakyat.
Bukankah tertawa lepas, alami, natural itu menyehatkan. Dari sehat lalu menjadi bahagia. Berlanjut pada meningkatnya imun, kekebalan tubuh secara alami pula sehingga di musim pandemi Covid-19 hal ini menjadi faktor utama untuk tetap sehat tak tersentuh Covid-19.
Disini mungkin amat perlu adanya pemberian piala penghargaan kepada para pelawak, komedian tanah air dari Kementerian Kesehatan atau kementerian terkait lainnya.
Nah, kalau dalam perspektif Islam, ibadah utama setelah ibadah maghdhoh (ibadah vertikal kepada Allah Ta'ala) adalah idzholas surur 'alannass yaitu memasukkan, memberikan kesenangan, menghibur sesama manusia. Pelawak, komedian menjalankan peran ini, memasukkan, memberikan kebahagiaan dan kegembiraan kepada sesamanya lewat pertunjukkan lawakkan, komediannya. Orang, penonton atau audiance yang melihatnya menjadi tertawa, senang dan bahagia dibuatnya.
Epilog.
Dikisahkan, suatu hari Rasulullah, Saw mengatakan bahwa di surga nanti tidak ada orang-orang tua renta. Mendengar hal ini para orang tua, kakek dan nenek, menangis di hadapan Rasulullah, Saw. Lalu Rasulullah, Saw melanjutkan sabdanya bahwa di surga nanti tidak ada orang tua, kakek, nenek karena saat di surga semua menjadi muda kembali. Seketika semua menjadi ketawa bahagia dan senang mendengar kabar dari manusia termulia pilihan Allah Ta'ala tersebut.
Dari sini diketahui bahwa Rasulullah, Saw juga mempunyai selera humor. Humor yang bisa bikin menangis lalu ketawa dan membuat manusia menjadi taat pada ajaran agamanya. Perkembangan dunia lawak, komedian tanah air sudah cukup bagus. Bagi yang mampu menembus papan atas, dunia lawak, komedian adalah profesi yang cukup menjanjikan kesejahteran.
Mungkin yang perlu diperbaiki adalah pesan, konten dan tema agar bagaimana pesan-pesan agama masuk di dalamnya. Sehingga media lawak, komedian bisa juga menjadi bagian dari dakwah Islam rahmatal lilalamiin juga pemersatu bangsa dan negara. Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Habis tontonan, hiburan ada kuburan. Semoga saja.