Oleh : Sugiyantoro,S.Ag.
(Kepala Bagian Pengelolaan Media Sosial Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran).
PADA Ahad/Minggu, 7 November 2021, pukul 10.00 penulis berkesempatan untuk silaturahmi ke sebuah pondok pesantren yang terletak di Desa Linggapura, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Namanya ponpesnya itu Ponpes Tafidz Qur'an dibawah pembinaan Yayasan Nurul Islam (YANURIS). Duduk sebagai pengurus adalah KH. Drs. Chudori Afandi. Ketua Yayasan dr. Chayattuloh Romas. Wakil Ketua Zalfi Alaidi, SH. Pengasuh Ponpes Al-Ustadz. Nafız Zam Zami,S.Ag.
Silaturahmi penulis adalah dalak rangka memenuhi undangan pihak ponpes untuk memberikan tausyiah wal mauidhotil khasanah berkaitan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tempat pelaksanaannya ada di masjid komplek ponpes tersebut.
Menurut panitia, rangkaian acara sudah dimulai pukul 09.00 Wib berupa sambutan dari berbagai pihak utamanya pengurus ponpes dan yayasan itu sendiri.Pengamatan penulis berkaitan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada sekarang ini banyak yang ditempatkan di masjid atau mushola. Hal itu dikarenakan dunia dan Indonesia khususnya masih dalam masa pandemi yang kemudian berubah menjadi endemi covid-19.
Masa pendemi berarti sedari awal wabah covid-19 ini muncul yang kira-kira sudah 1,5 tahunan, segenap pribadi dari warga masyarakat harus mulai sadar untuk tetap menerapkan prokes kesehatan dari pemerintah. Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan air mengalir menjadi kewajiban bersama di masa endemi mengingat menurut pakar atau ahlinya saat ini kita harus hidup berdampingan dengan virus covid-19.
Kembali ke pokok pembahasan. Tidak banyak yang penulis sampaikan dalam tausyiah mengingat satu dan lain hal. Diantaranya waktu, situasi dan kondisi juga fitalitas penulis dimana tempat kerja yaitu Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran (LBH-PK) Pusat Jl. Mas Cilik No.34 Kranji, Purwokerto diakhir tahun 2021 ini sedang melaksanakan program Non Litigasi Penyuluhan Hukum dan Pemberdayaan Masyarakat di sembilan (9) desa. Sembilan desa itu tersebar di wilayah Kabupaten Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.
Pada kesempatan tausyiah tersebut penulis mengupas serba sedikit tentang pentingnya menuntut ilmu bagi setiap muslim. Bagi setiap muslim, menuntut ilmu adalah wajib tak pandang jenis kelamin, status sosial ataupun kaya dan miskinnya. Ilmu apapun penting dikuasai oleh seorang muslim agar menjadi kehidupannya menjadi lebih terarah.
Selanjutnya penulis menyampaikan pentingnya menjaga ukhuwah islamiah, wathoniah dan basyariah sebagai pondasi menjalani kehidupan bersama masyarakat dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai kehidupan bangsa dan negara.
Sebagaimana risalah keutusan Nabi Muhammad SAW tidak lain dan tidak bukan adalah menjadi rakhmat bagi semesta alam. Dalam kontek kekinian, seorang muslim haruslah menjadi rem perekat di semua lini kehidupan. Rakhmatan lil'alamin dan sekaligus rahmatal lilmuslimin. Sesama muslim harus menjaga kerukunan menghindari pertikaian karena pertikaian itu akan memangkas habis amal-amal dan pahal-pahala kebaikan sebagaimana pisau cukur memangkas habis rambut.
Penulis juga menyampaikan untuk mentaati aturan-aturan pemerintah. Pertama taat kepada Allah Ta'ala, kemudian taat kepada Rasulnya dan mentaati ulil amri yakni pemimpin-pemimpin kita dari nasional hingga ketua RT/RW.
Dibagian akhir, penulis menyampaikan hikmah maulidiyah Nabi Muhammad SAW dengan pokok dan tujuan utamanya meneladani watak, sikap, dan tingkahlaku Nabi SAW. Tentu menjadi orang baik adalah sebuah proses panjang berliku, naik turun, beronak berduri dan terjal.
Proses menjadi orang baik adalah proses indah nan penuh berkah. Bahkan penulis mengutip kalimat dari Ketua Umum Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran (LBH-PK) H. Sugeng,SH.,MSI yang mengatakan untuk menjadi orang baik, pemimpin yang baik, pintu masuknya hanyalah meneladani Nabi Muhammad SAW.
Tidak usah semuanya kalau memang tidak mampu, ambil satu saja atau secuil dari teladan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW maka itu cukup untuk menjadikan diri kita manusia yang baik. Semisal kejujuran Nabi Muhammad SAW dalam berdagang sehingga menjadi pedagang besar dan sukses tanpa kecurangan sedikitpun. Mengapa? Karena Nabi Muhammad SAW adalah sumber utama dan pokok keteladanan.
Tidak mungkin bisa berkeinginan menjadi orang baik, pemimpin yang baik tapi dalam praktiknya menyelisihi atau menjauhi keteladanan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah uswah, contoh keteladanan terbaik yang diberikan Allah Ta'ala kepada segenap alam dan manusia tentunya.
Dibagian akhir tausyiah, penulis berkesempatan membacakan doa untuk kemaslahatan bersama.
Semoga bermanfaat.