Oleh : Sugiyantoro,S.Ag.
TAHUN politik, dimulai. Genderangnya, ditabuh. Benderanya siap dikibarkan. Setidaknya, saat ini seluruh komponen bangsa ancang-ancang, pasang kuda-kuda memasuki tahun politik yang satu sisi penuh ketidakpastian, sisi lainnya penuh kejutan.
Hal ini seiring disepakatinya 14 Februari sebagai hari pemungutan suara 2024 oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Pemerintah dan Penyelenggara Pemilu.
Mulai Menghangat
Sebenarnya, jagat perpolitikan tanah air sudah mulai menghangat belakangan ini. Adrenalin politik bertambah naik setelah pawarta jadual pelaksanaan pemilu 2024 ditetapkan dan dipublikasikan. Sebelumnya, rame sekali akan adanya perang baliho di jalan-jalan umum dan saling sengketa kepemilikan parpol.
Urgensi Pemilu
Hakikat Pemilihan Umum (Pemilu) pada negara yang menganut paham demokrasi adalah pendidikan politik (civic education) dan kaderisasi kepemimpinan.
Pendidikan politik diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang sadar, paham dan melek politik. Sadar, paham dan melek politik diperlukan karena manusia adalah mahluk politik. Tidak bisa lepas dari domain-domain politik. Artinya, politik itu sendiri melekat pada kehidupan manusia sebagai pribadi maupun dalam komunitas sebagai warga negara-bangsa (nation-state).
Sedangkan kaderisasi politik diperlukan guna menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Disinilah putra, putri terbaik bangsa tampil memimpin, memberi komando kearah mana perbaikan holistik dan spesifik akan dilaksanakan serta diwujudkan setelah mereka terpilih melalui seleksi politik bernama pemilihan umum (Pemilu).
Sebagaimana dikabarkan pemilu serentak 2024 adalah untuk memilih anggota legislator dari pusat, provinsi hingga kabupaten dan kota. Juga memilih paket pasangan presiden dan wakil presiden. Serta memilih anggota senator perwakilan daerah (Dewan Perwakilan Daerah/DPD) yang notabene non parpol.
Saran Pendapat
Demokrasi sampai saat ini masih menjadi sistem yang terbaik, untuk tidak mengatakan sempurna. Melalui demokrasi suara rakyat di akomodir, di konsolidir serta di menej sebagai landasan sah mengambil kebijakan, keputusan strategis yang diarahkan untuk dan demi kesejahteraan rakyat. Untuk itulah, semua komponen anak bangsa harus berkomitmen mensukseskan hajat akbar 5 tahunan ini dengan baik. Pergantian pucuk pimpinan atau estafet kepemimpinan nasional harus berjalan aman, damai, bermartabat serta memanusiakan manusia. Beberapa hal perlu diperhatikan; Pertama, hindari 4 L (Lu Lagi, Lu Lagi) artinya patuhi aturan, konstitusi berbangsa dan bernegara yang ada. Kedua, hindari Wal Laba, Wal Bala' (Enak di gue, Ga enak di elu). Ketiga, hindari NPWP (Nomor Piro, Wani Piro).
Penutup
Pelaksanaan pemilu 14 Februari 2024 ada pada hari kasih sayang sedunia.
Penulis berpendapat bahwa ini adalah sebagai isyarat. Isyarat politik atau pemilu 2024, sisi kasih sayangnya lebih ditonjolkan oleh semua pihak yang terlibat didalamnya.
Bisa juga dimaknai ada keinginan kuat untuk mewujudkan atmosfir politik tanah air yang berbeda dari pemilu sebelumnya.
Yakni atmosfir kasih sayang. Bahwa politik itu penuh welas asih, kasih sayang pada sesama dan memanusiakan manusia.
Semoga bermanfaat.